1930
Kolapsnya
pasar modal pada 1929, membagi warga Amerika menjadi kalangan "haves"
dan "have nots". Saat itu, barang-barang (termasuk pakaian) diciptakan
secara massal, menimbulkan penggunaan bahan sintetis yang mudah dicuci.
Saat itu menonton film merupakan hiburan yang paling populer. Tak heran
bila keglamoran industri film yang kerap diwakili oleh penampilan para
bintang film, menginspirasikan sejumlah model busana. Di antaranya bahan
bunga-bunga dan rok-rok yang panjang melambai. Selain itu, muncul
model-model glamor lain, seperti busana berpotongan panjang dan gently
flowing, bulu-bulu binatang, mantel tanpa lengan, selendang dan hiasan
pita-pita.
Pada era ini, B.F. Goodrich mengenalkan pemakaian zipper (resleuting) yang semakin populer dari masa ke masa. Dan penggunaan platform shoes juga pertama kali diperkenalkan oleh desainer Salvatore Ferragamo.
Selain
memunculkan fenomena sepatu "Spectator", dekade '20-an juga menandai
penggunaan bahan plastik sintetis bernama nilon, yang digunakan sebagai
bahan dasar stoking yang washable dan easy-care synthetic. Di tahun ini,
untuk pertama kalinya Amerika mengenal pakaian yang bersifat mudah
dibuat (well made), potongannya baik (well cut) dan juga harganya (well priced).
Menyusul keprihatinan yang membelit akibat Perang Dunia (PD)
II, jumlah material yang biasa digunakan di sejumlah garmen mulai
dibatasi. Para desainer dikenakan tugas patriotik untuk membuat baju
yang pantas dipakai selama bermusim-musim dengan bahan seminimal
mungkin. Karena itu, rok mulai diperpendek. Lipatan dan kancing
dikurangi, dan saku-saku lenyap. Banyaknya wanita yang menggantikan
posisi pria di kantor-kantor, membuat busana pria ditransformasikan
menjadi busana wanita. Popularitas sepatu tumit tinggi digantikan oleh
sepatu tumit rendah yang lebih nyaman dikenakan untuk beraktivitas. Hal
ini berimbas pada reputasi Amerika yang setelah PD II berakhir, berkembang menjadi salah satu pusat sportswear terbesar di dunia.
Pada era ini, muncul trend zoot suit
(pakaian yang terdiri dari stelan jaket-jaket berukuran super besar dan
celana panjang baggy). Sebagai simbol dari post-war freedom, muncul
fenomena kaos-kaos warna terang dengan gambar flora-fauna, buah-buahan
dan wanita cantik. Garis-garis pada bikini dibuat lebih seksi,
terinspirasi dari percobaan nuklir di South Pacific at Bikini Atoll.
Pada akhir '40-an, para wanita mulai mencoba mengenakan rok yang lebih
panjang dan "penuh", plus blus-blus bergaris feminin.
Terbebas
dari tekanan selama PD II, fashion mulai menjadi lebih kreatif. Kaum
wanita masa ini menginginkan busana yang menonjolkan nuansa anggun,
sophisticated dan sex appeal mereka. Adalah Lana Turner yang memulai
tren pointed bras (bra kerucut, yang pernah dipakai Madonna dalam salah
satu konsernya di tahun 80-an) dan twin sets. Pada era ini, garis-garis
seksi bikini yang dinilai semakin seronok, mulai menciptakan polemik.
Berhubung
semakin banyak rumah tangga yang memiliki TV-set, muncul ikon
kebudayaan pop James Dean yang memunculkan fenomena "teen rebel look".
Era ini juga mengawali eksistensi poodle skirts (rok berbentuk
"balon" yang ujungnya dihiasi aplikasi berbentuk anjing pudel), sepatu
sandal, Letterman's Jacket dan kacamata berbentuk mata kucing yang item
paling populer di sejumlah SMU. Pada era ini, untuk pertama kalinya,
kaum tua mengikuti tren mode yang diciptakan para kaum yang lebih muda.
Sejumlah
bintang Hollywood juga menciptakan tren baru. Marlon Brando dan geng
"Rat Pack"-nya membawa demam topi bernama "motorcycle caps”.
Saat itu, ikon "cantik" terbagi 2 kubu, kecantikan feminin yang
diwakili Jayne Mansfiled dan Marilyn Monroe, serta kecantikan ala Audrey
Hepburn dan Grace Kelly.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar