Freedom to be Creative and Colorful
Welcome to my dream
Daftar Blog Saya
Sabtu, 14 April 2012
All about Vintage Fashion
1930
Kolapsnya pasar modal pada 1929, membagi warga Amerika menjadi kalangan "haves" dan "have nots". Saat itu, barang-barang (termasuk pakaian) diciptakan secara massal, menimbulkan penggunaan bahan sintetis yang mudah dicuci. Saat itu menonton film merupakan hiburan yang paling populer. Tak heran bila keglamoran industri film yang kerap diwakili oleh penampilan para bintang film, menginspirasikan sejumlah model busana. Di antaranya bahan bunga-bunga dan rok-rok yang panjang melambai. Selain itu, muncul model-model glamor lain, seperti busana berpotongan panjang dan gently flowing, bulu-bulu binatang, mantel tanpa lengan, selendang dan hiasan pita-pita.
Pada era ini, B.F. Goodrich mengenalkan pemakaian zipper (resleuting) yang semakin populer dari masa ke masa. Dan penggunaan platform shoes juga pertama kali diperkenalkan oleh desainer Salvatore Ferragamo.
Selain memunculkan fenomena sepatu "Spectator", dekade '20-an juga menandai penggunaan bahan plastik sintetis bernama nilon, yang digunakan sebagai bahan dasar stoking yang washable dan easy-care synthetic. Di tahun ini, untuk pertama kalinya Amerika mengenal pakaian yang bersifat mudah dibuat (well made), potongannya baik (well cut) dan juga harganya (well priced).
1940
Menyusul keprihatinan yang membelit akibat Perang Dunia (PD) II, jumlah material yang biasa digunakan di sejumlah garmen mulai dibatasi. Para desainer dikenakan tugas patriotik untuk membuat baju yang pantas dipakai selama bermusim-musim dengan bahan seminimal mungkin. Karena itu, rok mulai diperpendek. Lipatan dan kancing dikurangi, dan saku-saku lenyap. Banyaknya wanita yang menggantikan posisi pria di kantor-kantor, membuat busana pria ditransformasikan menjadi busana wanita. Popularitas sepatu tumit tinggi digantikan oleh sepatu tumit rendah yang lebih nyaman dikenakan untuk beraktivitas. Hal ini berimbas pada reputasi Amerika yang setelah PD II berakhir, berkembang menjadi salah satu pusat sportswear terbesar di dunia.
Pada era ini, muncul trend zoot suit (pakaian yang terdiri dari stelan jaket-jaket berukuran super besar dan celana panjang baggy). Sebagai simbol dari post-war freedom, muncul fenomena kaos-kaos warna terang dengan gambar flora-fauna, buah-buahan dan wanita cantik. Garis-garis pada bikini dibuat lebih seksi, terinspirasi dari percobaan nuklir di South Pacific at Bikini Atoll. Pada akhir '40-an, para wanita mulai mencoba mengenakan rok yang lebih panjang dan "penuh", plus blus-blus bergaris feminin.
1950
Terbebas dari tekanan selama PD II, fashion mulai menjadi lebih kreatif. Kaum wanita masa ini menginginkan busana yang menonjolkan nuansa anggun, sophisticated dan sex appeal mereka. Adalah Lana Turner yang memulai tren pointed bras (bra kerucut, yang pernah dipakai Madonna dalam salah satu konsernya di tahun 80-an) dan twin sets. Pada era ini, garis-garis seksi bikini yang dinilai semakin seronok, mulai menciptakan polemik.
Berhubung semakin banyak rumah tangga yang memiliki TV-set, muncul ikon kebudayaan pop James Dean yang memunculkan fenomena "teen rebel look". Era ini juga mengawali eksistensi poodle skirts (rok berbentuk "balon" yang ujungnya dihiasi aplikasi berbentuk anjing pudel), sepatu sandal, Letterman's Jacket dan kacamata berbentuk mata kucing yang item paling populer di sejumlah SMU. Pada era ini, untuk pertama kalinya, kaum tua mengikuti tren mode yang diciptakan para kaum yang lebih muda.
Sejumlah bintang Hollywood juga menciptakan tren baru. Marlon Brando dan geng "Rat Pack"-nya membawa demam topi bernama "motorcycle caps”. Saat itu, ikon "cantik" terbagi 2 kubu, kecantikan feminin yang diwakili Jayne Mansfiled dan Marilyn Monroe, serta kecantikan ala Audrey Hepburn dan Grace Kelly.
Langganan:
Postingan (Atom)